Ingin konsultasi atau butuh bantuan ruqyah? langsung chat saya di whatsapp +6281549547824
Bagaimana Dokter Menentukan Seseorang Sakit atau Sehat?
Bagaimana dokter menilai apakah seseorang sehat atau sakit? Artikel ini menjelaskan proses penilaian medis secara lengkap mulai dari wawancara (anamnesis), pemeriksaan fisik, tes laboratorium, hingga evaluasi psikologis dan sosial. Disusun dengan bahasa yang mudah dipahami, artikel ini penting untuk Anda yang ingin memahami peran dokter dalam menjaga kesehatan secara menyeluruh.
ILMU KEDOKTERAN
dr. Indra Permana
8/7/20253 min read


Bagaimana Dokter Menentukan Seseorang Sakit atau Sehat?
Pendahuluan
Menentukan apakah seseorang dalam kondisi sehat atau sakit bukanlah hal yang sesederhana melihat penampilan luar. Seorang individu bisa tampak bugar, tetapi ternyata memiliki tekanan darah tinggi atau diabetes. Sebaliknya, seseorang yang merasa lelah belum tentu mengalami penyakit serius. Dalam dunia kedokteran, penentuan kondisi kesehatan dilakukan melalui pendekatan ilmiah yang sistematis dan menyeluruh, melibatkan evaluasi fisik, psikologis, sosial, dan kadang spiritual.
Penting untuk dipahami bahwa "sehat" bukanlah kondisi yang absolut, melainkan suatu spektrum. Demikian pula dengan "sakit" yang bisa berupa keluhan ringan hingga gangguan yang serius dan mengancam jiwa. Oleh karena itu, dokter menggunakan kombinasi observasi, komunikasi, teknologi, dan keilmuan untuk menilai kondisi pasien secara holistik.
Konsep Sehat dan Sakit
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan sehat sebagai “keadaan sejahtera secara fisik, mental, dan sosial yang utuh, dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan.” Ini menandakan bahwa sehat tidak semata-mata berarti bebas dari penyakit, melainkan mencakup keseimbangan menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan.
Sementara itu, sakit dapat diartikan sebagai kondisi ketika fungsi tubuh atau pikiran mengalami gangguan sehingga menimbulkan penderitaan atau keterbatasan dalam menjalani aktivitas harian. Konsep ini terus berkembang, terutama dengan pengakuan terhadap aspek psikologis dan sosial sebagai bagian dari pengalaman sakit.
Dalam ilmu kedokteran modern, dikenal tiga dimensi penting:
Disease: gangguan atau kelainan biologis yang dapat diukur secara objektif.
Illness: pengalaman subjektif seseorang terhadap rasa tidak sehat.
Sickness: status sosial yang diberikan kepada seseorang oleh masyarakat ketika dianggap tidak mampu menjalankan perannya karena kondisi kesehatan.
Proses Penilaian Dokter
1. Anamnesis (Wawancara Medis)
Langkah pertama yang dilakukan dokter adalah mendengarkan keluhan pasien. Anamnesis adalah proses komunikasi yang sistematis, di mana dokter menggali:
Gejala utama (keluhan utama pasien)
Waktu dan sifat gejala
Riwayat penyakit sebelumnya dan penyakit keluarga
Kebiasaan hidup (pola makan, tidur, olahraga, konsumsi alkohol/rokok)
Riwayat pekerjaan, lingkungan tempat tinggal, dan tingkat stres
Anamnesis memberikan gambaran awal mengenai masalah kesehatan pasien dan menjadi dasar dalam menentukan kemungkinan diagnosis banding.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mencari tanda-tanda objektif dari gangguan kesehatan. Prosedur ini mencakup:
Pengamatan visual (inspeksi)
Perabaan (palpasi)
Ketukan (perkusi)
Pendengaran dengan stetoskop (auskultasi)
Misalnya, pada pasien dengan batuk kronis, dokter akan memeriksa suara napas di paru, bentuk dan gerak dinding dada, serta adanya pembesaran kelenjar getah bening. Pemeriksaan fisik dapat mengungkap masalah yang tidak disadari pasien.
3. Pemeriksaan Penunjang
Jika informasi dari anamnesis dan pemeriksaan fisik belum cukup, dokter akan meminta tes tambahan. Pemeriksaan ini mencakup:
Tes laboratorium: darah, urin, feses, fungsi hati, ginjal, gula darah, dll.
Pencitraan medis: X-ray, CT scan, MRI, USG untuk melihat struktur tubuh.
Elektrokardiografi (EKG): untuk mengevaluasi aktivitas listrik jantung.
Spirometri: untuk mengukur fungsi paru-paru.
Hasil pemeriksaan penunjang digunakan untuk memperkuat atau menyanggah diagnosis awal. Dokter akan menggabungkan semua data yang diperoleh untuk menyusun interpretasi klinis yang akurat.
4. Penilaian Psikologis dan Sosial
Kesehatan mental dan sosial tidak dapat diabaikan. Dokter perlu menilai:
Apakah pasien menunjukkan tanda stres, depresi, kecemasan, atau gangguan mental lain.
Seberapa kuat dukungan sosial dari keluarga dan lingkungan.
Dampak kondisi kesehatan terhadap pekerjaan dan kehidupan sosial pasien.
Banyak penyakit fisik diperburuk oleh tekanan psikologis, dan sebaliknya, kondisi mental yang terganggu bisa menimbulkan keluhan fisik (psikosomatik). Oleh karena itu, pendekatan biopsikososial menjadi penting.
5. Kriteria Klinis dan Diagnostik
Penilaian akhir dokter didasarkan pada standar medis yang diakui secara internasional dan nasional, antara lain:
ICD-11 (International Classification of Diseases) dari WHO
Pedoman klinis nasional (protokol diagnosis dan terapi)
DSM-5 untuk gangguan kejiwaan
Dengan panduan ini, dokter dapat menentukan status pasien:
Sehat: tidak ditemukan gejala dan hasil pemeriksaan dalam batas normal
Berisiko: terdapat faktor risiko namun belum menunjukkan penyakit (misal: prediabetes)
Sakit: terdapat gejala dan bukti objektif sesuai kriteria diagnosis
Peran Preventif: Deteksi Dini dan Promosi Kesehatan
Dokter tidak hanya bertugas mengobati, tetapi juga mencegah seseorang jatuh sakit. Pemeriksaan kesehatan berkala atau medical check-up adalah cara untuk:
Menemukan penyakit sebelum muncul gejala
Mengontrol faktor risiko
Mendorong perubahan gaya hidup sehat
Contoh:
Pemeriksaan tekanan darah dan kolesterol untuk mencegah serangan jantung
Tes Pap smear atau mamografi untuk deteksi dini kanker
Konseling berhenti merokok atau manajemen stres
Dengan pendekatan ini, dokter berperan aktif dalam menjaga masyarakat tetap sehat dan produktif.
Kesimpulan
Menentukan apakah seseorang sakit atau sehat bukan proses yang sederhana. Dokter menggunakan pendekatan ilmiah, observasi menyeluruh, dan panduan klinis untuk menilai kondisi kesehatan seseorang. Sehat bukan hanya bebas dari penyakit, tetapi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh. Dengan pemahaman ini, masyarakat diharapkan lebih aktif dalam menjaga kesehatannya, serta tidak ragu untuk berkonsultasi secara rutin meski tidak merasa sakit.
Referensi
World Health Organization. (1948). Constitution of the World Health Organization.
Bickley, L. S. (2021). Bates' Guide to Physical Examination and History Taking (13th ed.). Wolters Kluwer.
Notoatmodjo, S. (2012). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta.
Beauchamp, T.L., & Childress, J.F. (2019). Principles of Biomedical Ethics (8th ed.). Oxford University Press.
Robbins, S.L., Kumar, V., & Cotran, R.S. (2020). Robbins Basic Pathology (10th ed.). Elsevier.
Sadock, B.J., & Sadock, V.A. (2015). Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry (11th ed.). Lippincott Williams & Wilkins.
WHO. (2023). International Classification of Diseases 11th Revision (ICD-11). Retrieved from https://icd.who.int
