Ingin konsultasi atau butuh bantuan ruqyah? langsung chat saya di whatsapp +6281549547824

Konsep Sehat dan Sakit: Pendekatan Biomedis, Holistik, dan Sosiokultural

Apa itu sehat dan kapan seseorang dikatakan sakit? Artikel ini membahas secara lengkap konsep sehat dan sakit dari berbagai sudut pandang—mulai dari definisi WHO, faktor fisik dan mental, hingga pengaruh budaya dan lingkungan.

ILMU KEDOKTERAN

dr. Indra Permana

7/24/20253 min read

Konsep sehat dan sakit dr. Indra Permana
Konsep sehat dan sakit dr. Indra Permana

Konsep Sehat dan Sakit: Pendekatan Biomedis, Holistik, dan Sosiokultural

Pendahuluan

Konsep sehat dan sakit merupakan bagian mendasar dalam ilmu kedokteran, keperawatan, dan pelayanan kesehatan secara umum. Pemahaman terhadap dua konsep ini tidak hanya penting bagi praktisi kesehatan, tetapi juga bagi masyarakat luas, karena persepsi individu tentang sehat dan sakit akan memengaruhi perilaku pencarian pengobatan, kepatuhan terhadap terapi, serta cara mereka memelihara kesehatannya. Dalam konteks ini, pendekatan terhadap sehat dan sakit telah mengalami perkembangan, dari model biomedis yang kaku menuju pendekatan holistik dan sosiokultural yang lebih komprehensif dan manusiawi.

Konsep Sehat

Definisi Sehat Menurut WHO

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 1948 mendefinisikan sehat sebagai:

"Suatu keadaan yang sempurna secara fisik, mental, dan sosial, dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan."

Definisi ini bersifat idealistik dan visioner, karena menyiratkan bahwa kesehatan bukanlah kondisi statis, melainkan keadaan dinamis yang mencakup keseimbangan dalam berbagai dimensi kehidupan. Dalam praktiknya, definisi ini mendorong pendekatan interdisipliner dalam pelayanan kesehatan dan mendorong kebijakan publik untuk tidak hanya fokus pada penanggulangan penyakit, tetapi juga pada promosi dan pencegahan.

Dimensi Kesehatan

Pertama, kesehatan fisik merujuk pada berfungsinya organ dan sistem tubuh secara normal. Indikator kesehatan fisik antara lain tekanan darah, kadar gula darah, detak jantung, berat badan ideal, serta kemampuan menjalani aktivitas sehari-hari tanpa gangguan.

Kedua, kesehatan mental mencakup kemampuan individu untuk berpikir jernih, mengelola emosi, dan menjalin hubungan interpersonal yang sehat. Gangguan seperti depresi, kecemasan, dan stres berat dapat mengganggu dimensi ini dan berdampak pada kesejahteraan keseluruhan.

Ketiga, kesehatan sosial berarti kemampuan untuk menjalin dan mempertahankan hubungan sosial yang positif. Dukungan sosial terbukti berkontribusi terhadap pemulihan penyakit dan meningkatkan kualitas hidup.

Keempat, kesehatan spiritual berkaitan dengan rasa makna, tujuan hidup, dan hubungan dengan kekuatan yang lebih tinggi. Banyak penelitian menunjukkan bahwa spiritualitas dapat memberikan ketahanan psikologis dalam menghadapi penyakit kronis atau terminal.

Kelima, kesehatan lingkungan mencakup hidup di lingkungan yang bersih, aman, dan sehat. Polusi, kebisingan, dan kondisi tempat tinggal yang buruk dapat menjadi faktor risiko kesehatan.

Konsep Sakit

Definisi dan Perspektif

Sakit secara umum didefinisikan sebagai keadaan ketidakseimbangan atau gangguan fungsi fisik dan/atau mental yang menyebabkan penderitaan dan menurunnya kualitas hidup. Menurut Fabrega (1974), konsep sakit terdiri dari tiga aspek penting:

  1. Disease adalah gangguan biologis atau patologi yang dapat diidentifikasi secara objektif melalui diagnosis medis.

  2. Illness adalah pengalaman subjektif individu terhadap penderitaan, yang bisa saja tidak terdeteksi oleh pemeriksaan klinis.

  3. Sickness adalah label sosial yang melekat pada seseorang yang dianggap sakit oleh masyarakat atau institusi sosial.

Ketiga konsep ini menunjukkan bahwa sakit tidak hanya merupakan masalah biologis, tetapi juga sosial dan psikologis.

Jenis-Jenis Sakit

  1. Sakit akut ditandai dengan onset cepat, durasi singkat, dan umumnya dapat sembuh sepenuhnya dengan pengobatan. Contohnya adalah infeksi saluran pernapasan atas dan diare akut.

  2. Sakit kronis berlangsung lama, biasanya lebih dari tiga bulan, dan seringkali progresif. Kondisi ini membutuhkan manajemen jangka panjang, seperti pada kasus diabetes mellitus, hipertensi, dan kanker.

  3. Sakit psikosomatik adalah gangguan fisik yang timbul akibat stres psikologis, misalnya sakit maag karena kecemasan atau tekanan darah tinggi akibat stres kronis. Pendekatan psikologis sangat penting dalam pengobatannya.

Perbedaan Konsep Sehat dan Sakit

Dalam konteks fungsi tubuh, individu yang sehat memiliki organ tubuh yang berfungsi optimal tanpa gangguan, sedangkan individu yang sakit mengalami gangguan fisiologis atau patologis.

Secara mental, orang sehat cenderung stabil, seimbang, dan mampu mengatasi stres, sedangkan orang yang sakit mengalami gangguan psikologis seperti kecemasan, depresi, atau stres berat.

Dari sisi sosial, individu yang sehat dapat berperan aktif dalam masyarakat dan menjalin hubungan sosial yang baik. Sebaliknya, individu yang sakit cenderung terbatas dalam aktivitas sosial dan mengalami gangguan dalam interaksi.

Persepsi diri orang sehat biasanya positif, merasa produktif dan bermakna. Sedangkan orang sakit cenderung merasa terganggu, tidak mampu, atau menderita.

Kualitas hidup orang sehat umumnya tinggi, sedangkan sakit dapat menurunkan kualitas hidup secara signifikan.

Pendekatan Terhadap Sehat dan Sakit

1. Pendekatan Biomedis

Pendekatan ini menitikberatkan pada aspek fisik dan patologis tubuh. Penyakit dianggap sebagai kerusakan sistem tubuh yang dapat diidentifikasi dan diobati dengan intervensi medis. Meski dominan dalam praktik kedokteran modern, pendekatan ini cenderung mengabaikan faktor psikososial dan budaya.

2. Pendekatan Holistik

Pendekatan ini melihat manusia sebagai satu kesatuan utuh antara tubuh, pikiran, dan jiwa. Aspek fisik, emosional, sosial, dan spiritual terintegrasi dalam pandangan ini. Praktik keperawatan, pengobatan komplementer, dan pendekatan integratif seringkali menerapkan paradigma ini, karena dianggap lebih manusiawi dan empatik.

3. Pendekatan Sosiokultural

Pendekatan ini memahami bahwa persepsi terhadap sehat dan sakit dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya, kepercayaan, dan norma sosial. Misalnya, dalam beberapa budaya, sakit dianggap sebagai akibat dari kutukan atau gangguan roh, sehingga penanganannya dilakukan melalui dukun atau tokoh spiritual. Oleh karena itu, pendekatan sosiokultural menekankan pentingnya komunikasi lintas budaya dalam pelayanan kesehatan.

Kesimpulan

Konsep sehat dan sakit adalah konstruksi multidimensi yang tidak dapat dipisahkan dari konteks biologis, psikologis, sosial, dan budaya. Pemahaman terhadap konsep ini dalam berbagai pendekatan—biomedis, holistik, dan sosiokultural—memberikan landasan bagi pelayanan kesehatan yang lebih responsif, manusiawi, dan efektif. Dalam praktiknya, penyedia layanan kesehatan perlu bersikap terbuka dan menghargai pandangan pasien terhadap kesehatannya agar tercipta hubungan terapeutik yang saling percaya dan berdaya guna.

Referensi

  1. World Health Organization. (1948). Preamble to the Constitution of the World Health Organization. Geneva: WHO.

  2. Fabrega, H. (1974). The Need for an Ethnomedical Science. Science, 184(4136), 946–951.

  3. Stanhope, M., & Lancaster, J. (2020). Public Health Nursing: Population-Centered Health Care in the Community. Elsevier.

  4. Niven, N. (2000). Health Psychology: An Introduction for Nurses and Other Health Care Professionals. Churchill Livingstone.

  5. Helman, C. G. (2007). Culture, Health and Illness. 5th ed. Hodder Arnold.

  6. Kleinman, A. (1980). Patients and Healers in the Context of Culture. University of California Press.