Ingin konsultasi atau butuh bantuan ruqyah? langsung chat saya di whatsapp +6281549547824
Setiap Nabi Pernah Dituduh Tukang Sihir atau Terkena Sihir oleh Kaumnya
Pelajari pola sejarah dakwah para nabi yang selalu dituduh sebagai tukang sihir atau terkena sihir oleh kaumnya. Artikel ini mengulas ayat-ayat Al-Qur’an dan tafsir ulama salaf seperti Ibn Kathīr, al-Jalālayn, dan al-Ṭabarī secara ilmiah dan mendalam.
GANGGUAN GAIB
dr. Indra Permana
9/12/20252 min read


Setiap Nabi Pernah Dituduh Tukang Sihir atau Terkena Sihir oleh Kaumnya.
Pendahuluan
Sejarah kenabian menunjukkan satu pola yang konsisten: setiap nabi yang diutus Allah untuk menyampaikan risalah selalu menghadapi penolakan keras dari kaumnya. Penolakan itu tidak hanya berupa bantahan secara intelektual, tetapi sering kali disertai dengan tuduhan yang merendahkan, seperti menyebut mereka tukang sihir (sāḥir) atau bahkan terkena sihir/terbius sihir (mashūr/musaḥḥar). Tuduhan ini dimaksudkan untuk menggugurkan kredibilitas para nabi di hadapan masyarakat mereka.
Al-Qur’an mencatat pola ini secara eksplisit dan berulang dalam banyak ayat, sebagai bentuk penghiburan kepada Nabi Muhammad ﷺ bahwa penolakan yang beliau alami adalah sunnatullah yang juga dialami para nabi sebelumnya.
Pola Tuduhan dalam Al-Qur’an
كَذَٰلِكَ مَا أَتَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِم مِّن رَّسُولٍ إِلَّا قَالُوا۟ سَاحِرٌ أَوْ مَجْنُونٌ
“Demikianlah: tidaklah datang kepada orang-orang sebelum mereka seorang rasul pun, melainkan mereka mengatakan, ‘(Dia) adalah seorang tukang sihir atau orang gila.’”
(QS. Adz-Dzāriyāt: 52)
Tafsīr Ibn Kathīr:
Beliau menafsirkan bahwa ayat ini adalah penghiburan bagi Rasulullah ﷺ. Tuduhan ini merupakan sunnatullah dalam dakwah: setiap kali Allah mengutus seorang rasul, orang-orang kafir selalu menuduh mereka sebagai sāḥir atau majnūn agar manusia menjauh dari mereka. Ini adalah pola penolakan lintas zaman.
Tafsīr al-Jalālayn:
Ayat ini bermakna bahwa tuduhan seperti ini selalu diulang-ulang oleh umat yang mendustakan rasul, untuk menutup kebenaran risalah yang mereka bawa.
Contoh Tuduhan terhadap Para Nabi Terdahulu
Nabi Musa عليه السلام
إِنَّ هَٰذَا لَسَاحِرٌ عَلِيمٌ
“Sesungguhnya orang ini benar-benar seorang penyihir yang pandai.”
(QS. Asy-Syu‘arā’: 34)
Tafsīr al-Jalālayn:
Fir‘aun menuduh Musa sebagai tukang sihir agar masyarakat tidak mempercayai mukjizat yang ditampakkan, dan menyamakannya dengan trik sihir yang biasa mereka saksikan.
Tafsīr Ibn Kathīr:
Fir‘aun menyebut Musa sebagai penyihir karena tidak mampu membantah secara ilmiah keajaiban tongkat dan tangan putihnya, sehingga satu-satunya cara adalah menuduhnya sihir.
Nabi Ṣāliḥ عليه السلام
إِنَّمَا أَنتَ مِنَ ٱلْمُسَحَّرِينَ
“Engkau hanyalah salah seorang yang terkena sihir.”
(QS. Asy-Syu‘arā’: 153)
Tafsīr al-Ṭabarī:
Makna musaḥḥarīn adalah “orang yang akalnya tertutup akibat sihir,” atau dalam bahasa kita: kehilangan akal sehat. Ini adalah tuduhan kaum Tsamūd kepada Nabi Ṣāliḥ agar masyarakat tidak mempercayainya.
Nabi Syu‘aib عليه السلام
إِنَّمَا أَنتَ مِنَ ٱلْمُسَحَّرِينَ
“Engkau hanyalah salah seorang yang terkena sihir.”
(QS. Asy-Syu‘arā’: 185)
Tafsīr Ibn Kathīr:
Mereka berkata demikian untuk mengecilkan dakwah Nabi Syu‘ayb, seolah-olah beliau tidak sadar dengan ucapannya sendiri, karena dianggap berada dalam pengaruh sihir.
Tuduhan Umum terhadap Seluruh Nabi
سِحْرٌ مُّسْتَمِرٌّ
“(Ini hanyalah) sihir yang terus-menerus.”
(QS. Al-Qamar: 2)
بَلْ نَحْنُ قَوْمٌ مَّسْحُورُونَ
Bal naḥnu qaumum-masḥūrūn
“Sebenarnya kami ini adalah kaum yang terkena sihir.”
(QS. Al-Ḥijr: 15)
Tafsīr Ibn Kathīr:
Ucapan mereka bahwa ayat-ayat Allah hanyalah sihir adalah bentuk pengingkaran terhadap mukjizat, dan mengatakan diri mereka “kaum yang disihir” adalah dalih untuk menolak dakwah para nabi.
Hikmah di Balik Tuduhan Ini
Ulama salaf menjelaskan bahwa tuduhan ini muncul karena dua sebab utama:
Ketakutan para pemuka kafir terhadap pengaruh dakwah para nabi.
Mereka khawatir kehilangan kekuasaan dan pengaruh sosial, sehingga menuduh para nabi sebagai penyihir untuk menakut-nakuti masyarakat agar tidak mengikuti mereka.Usaha mendeligitimasi mukjizat.
Karena tidak mampu membantah secara rasional keajaiban yang ditampakkan, mereka menyamakannya dengan sihir hal yang dikenal masyarakat kala itu agar masyarakat menganggapnya tidak luar biasa.
Penutup
Tuduhan bahwa para nabi adalah tukang sihir atau terkena sihir merupakan pola klasik dalam sejarah dakwah yang telah Allah abadikan dalam Al-Qur’an. Tuduhan ini tidak mencerminkan kebenaran, melainkan strategi kaum kafir untuk melemahkan pengaruh dakwah para nabi. Mengetahui hal ini memberikan pelajaran bahwa kebenaran tidak selalu diterima dengan mudah; bahkan para nabi pun difitnah sedemikian rupa.
Referensi
Al-Qur’an al-Karīm: QS. Adz-Dzāriyāt: 52; QS. Asy-Syu‘arā’: 34, 153, 185; QS. Al-Qamar: 2; QS. Al-Ḥijr: 15.
Ibn Kathīr, Tafsīr al-Qur’ān al-‘Aẓīm, Dār Ṭayyibah.
Al-Jalālayn, Tafsīr al-Jalālayn, Dār al-Ḥadīts.
Al-Ṭabarī, Jāmi‘ al-Bayān fī Ta’wīl al-Qur’ān, Mu’assasah ar-Risālah.
